HP : 081313444221 Jasa Fogging Nyamuk di Kudus Semarang, Jasa Disinfektan di Kudus, Jasa Pembasmi Tikus di Kudus, Jasa Pembasmi Kecoa di Kudus, Jasa Pembasmi Kutu Kasur di Kudus, Jasa Pembasmi Kutu Kucing di Kudus, Jasa Pembasmi Sarang Tawon di Kudus, Jasa Anti Rayap di Kudus, Jasa Pembasmi Rayap di Kudus, Jasa Pembasmi Lalat di Kudus, Jasa Pembasmi Ulat di Kudus, Jasa Pembasmi Serangga di Kudus, Jasa Pembasmi Hama di Kudus, Pest Control di Kudus,
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus, yang terinfeksi virus dengue dari penderita DBD lainnya. vektor atau pembawa virusnya kebanyakan nyamuk Aedes aegypti betina. Musim penghujan merupakan salah satu momentum nyamuk DBD berkembang biak. Agar tidak tertular penyakit DBD, ada baiknya kita mengenali ciri-ciri nyamuk demam berdarah (DBD).
Ciri fisik nyamuk DBD Melansir buku Demam Berdarah (2007) oleh dr. Genis Ginanjar, nyamuk Aedes aegypti betina atau nyamuk DBD punya ciri fisik khas. Antara lain: Tubuh nyamuk berwarna cokelat kehitaman Ukuran tubuhnya tiga sampai empat centimeter Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik bergaris putih keperakan Di bagian punggungnya terdapat dua garis vertikal di sisi kiri dan kanan Sisik tubuh nyamuk terkadang rontok pada nyamuk betina yang sudah tua Selain itu, ukuran dan warna tubuh nyamuk DBD dapat bervariasi, tergantung kondisi lingkungan dan nutrisinya. Nyamuk DBD betina dan jantan tidak banyak perbedaan. Hal yang membedakan hanya keberadaan rambut di antena nyamuk jantan. Baca juga: Ini Beda Demam Berdarah (DBD) dengan Demam Biasa Peredaran nyamuk DBD Melansir buku Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah (2007) oleh Dr. Handrawan Nadesul, nyamuk DBD atau Aedes aegypti biasanya beredar di tempat tertentu.
Jika nyamuk Aedes albopictus jamak ditemui di kebun atau pekarangan rumah. Nyamuk Aedes aegypti lebih suka tinggal di tempat yang sejuk dan lembab. Salah satu tempat favoritnya adalah menyelinap di sela-sela barang yang bergelantungan di kamar. Sedangkan jarak terbang nyamuk Aedes aegypti bisa mencapai 100 meter. Untuk itu, saat penyemprotan untuk pencegahan penularan DBD, disarankan untuk menjangkau area 100 meter dari lokasi pasien DBD. Siklus nyamuk DBD Selain tingal di tempat yang sejuk dan lembab, nyamuk DBD juga enggan bertelur di tempat yang kotor. Betina nyamuk Aedes aegypti lebih memilih bertelur di genangan air yang jernih dan tidak mudah terusik untuk bertelur. Misalkan wadah barang bekas di pekarangan, talang atau tempat penampungan air, tempayan, sampai baki penampungan air di dalam kulkas. Sekali bertelur, nyamuk ini bisa menghasilkan 200-400 bakal anakan. Nyamuk DBD kebanyakan umurnya hanya bertahan sepuluh hari. Paling lama dua sampai tiga minggu.
Tidak seperti kebanyakan nyamuk yang menggigit sewaktu-waktu, nyamuk DBD tidak rakus. Nyamuk ini disebut memiliki pola aktivitas yang diurnal, atau aktif pada pagi sampai siang hari. Nyamuk Aedes aegypti betina menggigit atau menghisap darah manusia untuk mendapatkan protein sebagai bekal bertelur. Nyamuk DBD biasanya “beroperasi” pada pukul 06.00 WIB-09.00 WIB dan 15.00 WIB-17.00 WIB. Di luar jam tersebut, nyamuk DBD disebut hinggap di genangan air jernih untuk bertelur. Namun, studi baru menyebut pola aktivitas nyamuk DBD hanya pagi dan sore hari disebut mulai bergeser. menemukan nyamuk DBD ternyata juga menghisap darah manusia pada malam hari. Riset yang dipublikasikan di Jurnal Ekologi Kesehatan itu mengamati 15 rumah penduduk di Makassar pada pukul 06.00 WITA sampai 03.00 WITA. Hasil penelitian menunjukkan, aktivitas menghisap darah nyamuk Aedes aegypti tertinggi pukul 17.00-18.00 WITA. Aktivitas Aedes aegypti dan Aedes albopictus terendah terjadi pada pukul 12.00-14.00 WITA. Selain itu, ditemukan fakta nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus menghisap darah pada malam hari antara pukul 18.00-20.00 WITA.
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung menjadi daerah dengan tingkat kasus demam berdarah dengue (DBD) tertinggi di provinsi itu.
Berdasarkan data tersebut, sejak awal tahun hingga Mei 2020, setidaknya ada 1.748 kasus demam berdarah di Kota Bandung dimana di antaranya sembilan orang merenggut nyawa.
Kabid pencegahan dan pengendalian penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Rosye Arosdiani mengakui jika Kota Bandung memang endemis DBD.